Ada pepatah yang bilang, 'masa lalu adalah guru terbaik'. Artinya, pengalaman manis atau pahit adalah pelajaran bagi setiap orang untuk menjalani hidup di masa depan menjadi lebih baik. Karena itu, dalam sebuah studi di Spanyol menyatakan, hidup dalam kenangan kelam masa lalu membuat seseorang tidak bisa menikmati hidup dan merugikan kesehatan.
Dalam penelitian itu diungkap, orang yang terus mengingat kenangan pahit masa lalu atau bahasa kerennya sekarang 'galau', seperti mengingat telah kehilangan kesempatan atau mendapatkan perilaku tidak menyenangkan, bisa mengundang datangnya penyakit. Tak hanya itu, meratapi penyesalan juga bisa membuat hidup menjadi mengenaskan. Mereka yang terkukung dalam masa lalu dan selalu memutar memori pahitnya masa lalu juga lebih sensitif terhadap rasa sakit.
Tapi, orang orang yang terlalu fokus mengejar masa depan ternyata juga tidak baik. Pasalnya, hal itu membuat mereka tertekan sehingga tidak bisa menikmati keadaan sekarang. Beruntungnya, hal tersebut tidak merugikan dari segi kesehatan.
You are what you thinks. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Ketika berpikir positif, feedback yang didapat adalah positif. Pun sebaliknya.
Menurut para peneliti, mereka yang paling bahagia dan sehat adalah mereka yang bisa menikmati saat kini, selalu belajar dari masa lalu, dan merencanakan masa depan.
Dalam penelitian itu, sebanyak 50 pria dan wanita diwawancara tentang perasaan, kesehatan, fisik, mental dan kualitas hidup masa sekarang dan masa lalu. Pertanyaan-pertanyaan lain, seperti seberapa sering mereka melakukan segala hal dengan berbagai cara, dan apakah mereka khawatir tidak mendapatkan sesuatu pada tepat waktu serta bagaimana mereka menjalani hidup seharian.
Hasilnya, mereka yang selalu melakukan hal-hal buruk cenderung memiliki kesehatan yang buruk.
Peneliti Universitas Granada, Spanyol, Cristian Oyanadel, mengatakan, "Menurut kami, dimensi yang paling berpengaruh adalah masa lalu."
"Kami mengamati orang yang selalu berpikiran negatif tentang masa lalu, selalu pesimistis atau bersikap fatalistik terhadap peristiwa saat ini. Hal ini menimbulkan masalah yang makin besar dalam interaksi sosial mereka, belum lagi mereka akan memiliki kualitas hidup yang rendah."
Oyanadel menjelaskan, mereka yang tidak bisa lepas dari masa lalu akan sulit melakukan kegiatan fisik sehari-hari, kemampuan fisiknya terbatas saat kerja, lebih sensitif terhadap rasa sakit, dan lebih gampang sakit. "Selain itu, mereka cenderung depresi dan cemas," kata dia menerangkan.
Di sisi lain, Oyanadel mengatakan ada kelompok yang sehat mental maupun fisik tetapi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. "Kelompok itu adalah orang yang lebih fokus pada masa depan, orang yang selalu menempatkan tujuan pribadi di atas semuanya, orang yang lupa untuk menikmati pengalaman indah dan tidak mau mengingat pengalaman positif mereka di masa lalu," terang Oyanadel.
Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Universitas Psychologica. Kesimpulan dari penelitian itu, kelompok yang paling bagus adalah mereka yang mau belajar dari masa lalu, bukan mereka yang selalu mengingat-mengingat masa lalu. Hal itu berarti mereka merencanakan masa depan tetapi tidak mengabaikan masa kini.
Sebelumnya banyak penelitian yang menghubungkan pandangan seseorang terhadap kehidupan dan kesehatan. Mereka yang sering mengeluhkan kesehatan, memiliki kemungkinan meninggal dalam 30 tahun ke depan hingga tiga kali lipat. Berbeda dengan mereka yang menganggap diri mereka lebih kuat.
Kesimpulannya, pandangan seseorang ternyata dapat mempengaruhi jangka hidup mereka. Studi tersebut menyarankan dokter agar tidak membatasi definisi kesehatan yang baik hanya jika pasien bebas dari gejala-gejala penyakit.
0 komentar:
Post a Comment