Ogoh-ogoh, boneka raksasa yang dibuat dalam wujud tokoh pewayangan Kumbakarna, kerap mengeluarkan suara di tempatnya tersimpan di Balai Banjar Sampiang, Kabupaten Gianyar, Bali.
“Boneka raksasa itu bersuara setiap ‘Kajeng Kliwon’, hari yang disakralkan umat Hindu yang jatuh setiap 15 hari sekali,” kata Ngakan Putu Bawa, pemilik rumah yang lokasinya bersebelahan dengan Balai Banjar Sampiang, kemarin.
Ia menyebutkan, dari arah Ogoh-ogoh dipajang, antara lain kerap terdengar suara yang memanggil nama dirinya, “Bawa..,Bawa..”. “Saya awalnya ragu dengan suara itu, namun lama-kelamaan menjadi terusik juga setelah munculnya bunyi gaib lain dari arah Ogoh-ogoh,” katanya.
Tidak hanya Bawa, anak istri ayah dua anak itu juga sering mendengar Ogoh-ogoh Kumbakarna mengeluarkan suara pada malam hari.
Akibatnya, keluarga Bawa menjadi cukup ketakutan keluar rumah, terlebih pada malam Kajeng Kliwon. Kejadian itu, ujar Bawa, mulai diketahui keluarganya sejak dua pekan setelah berlangsungnya malam pengerupukan yang jatuh pada 4 Maret lalu.
Seperti biasa pada malam pengerupukan, sehari sebelum Nyepi, puluhan Ogoh-ogoh yang melambangkan bhutakala atau roh jahat, ramai-ramai diusung warga keliling perkampungan atau desa.
Seusai diusung hingga larut malam, Ogoh-ogoh biasanya langsung dibakar di areal pekuburan atau di tempat lain yang cukup sepi, sebagai upaya pengusiran roh jahat dari kawasan pemukiman penduduk. Namun demikian, berbeda halnya dengan Ogoh-ogoh Kumbakarna yang dibuat warga Banjar (Dusun) Sampiang. Usai diusung keliling kampung, Ogoh-ogoh tersebut malah diletakkan di balai banjar. “Semestinya Ogoh-ogoh yang seusai diarak, langsung dibakar. Namun untuk Kumbakarna, tidak dilakukan itu,” kata Bawa.
Senada dengan Bawa, beberapa remaja yang ambil bagian dalam pembuatan Ogoh-ogoh setinggi sembilan meter tersebut, mengaku sayang untuk membakarnya sehubungan penampilannya cukup gagah dan menyenangkan.
“Sayang kalau dibakar Pak, akhirnya kami simpan di balai banjar,” kata Wayan, anggota “Sekeha Teruna” Sampiang, pembuat Ogoh-Ogoh Kumbakarna.
Wayan tidak menyadari kalau kemudian boneka ciptaannya itu ternyata hidup dengan mengeluarkan suara-suara gaib. Selain bersuara, lanjut Bawa, Ogoh-ogoh yang juga kerap dipakai simbol manusia serakah itu, menunjukkan keanehan pada posisi letaknya.
“Kemarin Kumbakarna saya lihat menghadap ke utara, namun sekarang sudah menghadap ke timur,” katanya sambil menunjuk ke arah Ogoh-ogoh yang nongkrong di balai banjar.
Padahal, lanjut dia, pintu pagar balai banjar itu tidak pernah dibuka kecuali pada hari-hari tertentu, yakni saat ada rapat untuk seluruh anggota banjar.
0 komentar:
Post a Comment